Selasa, 12 Juli 2016

SIFAT MAJELIS NABI YANG MENDATANGKAN KETENANGAN


حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ عَنْ حَمْزَةَ الزَّيَّاتِ عَنْ زِيَادٍ الطَّائِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا لَنَا إِذَا كُنَّا عِنْدَكَ رَقَّتْ قُلُوبُنَا وَزَهِدْنَا فِي الدُّنْيَا وَكُنَّا مِنْ أَهْلِ الْآخِرَةِ فَإِذَا خَرَجْنَا مِنْ عِنْدِكَ فَآنَسْنَا أَهَالِينَا وَشَمَمْنَا أَوْلَادَنَا أَنْكَرْنَا أَنْفُسَنَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ أَنَّكُمْ تَكُونُونَ إِذَا خَرَجْتُمْ مِنْ عِنْدِي كُنْتُمْ عَلَى حَالِكُمْ ذَلِكَ لَزَارَتْكُمْ الْمَلَائِكَةُ فِي بُيُوتِكُمْ وَلَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَجَاءَ اللَّهُ بِخَلْقٍ جَدِيدٍ كَيْ يُذْنِبُوا فَيَغْفِرَ لَهُمْ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مِمَّ خُلِقَ الْخَلْقُ قَالَ مِنْ الْمَاءِ قُلْنَا الْجَنَّةُ مَا بِنَاؤُهَا قَالَ لَبِنَةٌ مِنْ فِضَّةٍ وَلَبِنَةٌ مِنْ ذَهَبٍ وَمِلَاطُهَا الْمِسْكُ الْأَذْفَرُ وَحَصْبَاؤُهَا اللُّؤْلُؤُ وَالْيَاقُوتُ وَتُرْبَتُهَا الزَّعْفَرَانُ مَنْ دَخَلَهَا يَنْعَمُ لَا يَبْأَسُ وَيَخْلُدُ لَا يَمُوتُ لَا تَبْلَى ثِيَابُهُمْ وَلَا يَفْنَى شَبَابُهُمْ ثُمَّ قَالَ ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا فَوْقَ الْغَمَامِ وَتُفَتَّحُ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَيَقُولُ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ وَعِزَّتِي لَأَنْصُرَنَّكِ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ لَيْسَ إِسْنَادُهُ بِذَاكَ الْقَوِيِّ وَلَيْسَ هُوَ عِنْدِي بِمُتَّصِلٍ وَقَدْ رُوِيَ هَذَا الْحَدِيثُ بِإِسْنَادٍ آخَرَ عَنْ أَبِي مُدِلَّةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudlail dari Hamzah Az Zayyat dari Ziyad Ath Tho`i dari Abu Hurairah berkata: Kami berkata: Wahai Rasulullah, kenapa kami bila berada di dekat baginda, hati kami melunak, kami zuhud di dunia dan kami termasuk ahli akhirat, tapi bila kami bergegas meninggalkan baginda lalu kami bergaul dengan keluargaku, mencium anak-anak kami, kami mengingkari diri kami sendiri (maksudnya agamis seperti semula). Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Andai kalian bila pergi meninggalkanku berada dalam kondisi kalian seperti itu, niscaya para malaikat mengunjungi kalian di rumah-rumah kalian dan seandainya kalian tidak berbuat dosa, niscaya Allah menciptakan makhluk baru agar mereka berbuat dosa lalu Allah akan mengampuni mereka." Berkata Abu Hurairah: Aku berkata: Wahai Rasulullah, dari apa makhluk diciptakan? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam menjawab: "Dari air." Kami bertanya: Surga, apa bangunanya? Beliau menjawab: Bata dari perak dan bata dari emas, semennya minyak kesturi yang harum, tanahnya mutiara dan permata, debunya za'faran, barangsiapa memasukinya, ia bersenang-senang dengan tidak jemu, kekal, tidak mati, baju mereka tidak usang, kemudaan mereka tidak lenyap." Setelah itu beliau bersabda: "Tiga orang yang doanya tidak tertolak; imam adil, orang puasa saat berbuka dan doa orang yang terzhalimi, doanya diangkat diatas awan dan pintu-pintu langit dibukakan, Rabb 'azza wajalla berfirman: Demi keperkasaanKu, aku akan menolongmu meski setelah selang berapa lama." Berkata Abu Isa: Hadits ini sanadnya tidak kuat dan menurutku tidak tersambung. Hadits ini diriwayatkan dengan sanad lain dari Abu Mudillah dari Abu Hurairah dari nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam. (HR Tirmidzi no 2526 dalam bab Sifat Surga dan Kenikmatannya dan dishahihkan oleh syaikh al Albani)

Jalur sanad dari awal sampai sebelum Tirmidzi:
1. Nama: Abdurrahman bin Shakhr. Kun-yah: Abu Hurairah. Negeri Hidup: Madinah. Tahun wafat: 57 H. Jumlah hadits yang diriwayatkan (terbanyak): Ahmad (3.842 hadits)
2. Rawi terputus: tabi'ut tabi'in kalangan tua. Negeri hidup: Madinah.
3. Ziyad. Tabi'in. Madinah. Komentar: hafidz dhaif (menurut Tirmidzi). tidak dikenal (menurut Adz Dzahabi). Majhul (menurut Ibnu Hajar al 'Atsqalani)
4. Hamzah bin Habib bin Imarah. Abu Umarah. Tabi'ut tabi'in kalangan tua. Madinah. Wafat 158 H. Komentar: Tsiqah (Ahmad, Yahya bin Ma'in, Al 'Ajli, Ibnu Hibban). Laisa bihi ba's (An Nasa'i). Shaduuq (Muhammad bin Sa'ad)
5. Muhammad bin Fudloil bin Ghazwan bin Jarir. Abu Abdurrahman. Tabi'in tidak jumpa shahabat. Madinah. 295 H. Komentar: Tsiqah (Yahya bin Ma'in, Ibnu Hibban, dan Adz Dzahabi), shaduuq (Abu Zur'ah dan Ibnu Hajar al 'Atsqalani)
6. Muhammad bin Al 'Alaa bin Kuraib. Abu Kuraib. Madinah. 248 H. Komentar: shaduuq (Abu Hatim), la ba'sa bih (An Nasa'i), tsiqah (Ibnu Hibban dan Ibnu Hajar al 'Atsqalani), kuufii tsiqah (Maslamah bin Qasim), hafizh (Adz Dzahabi)

Hadits di atas juga ditulis oleh Ibnu Rajab al Hambali dalam Bab Mejelis yang Mengajak Berdzikir kepada Allah dan Majelis Nasehat daam kitab Lathaif al Ma'arif halaman 45. Beliau berkata yang artinya kurang lebih, "Beginilah majelis Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersama para shahabat radhiyallahu 'anhum adalah majelis yang memberikan kabar gembira dan peringatan, dan mempelajari ilmu yang bermanfaat dalam agama. Hal itu sebagaimana yang diperintahkan Allah subhanahu wa ta'ala dalam Kitab-Nya (Al Qur'an) supaya mengingatkan dan memberi nasehat dan mengajak pada jalan Rab-nya dengan cara hikmah dan ucapan-ucapan yang baik. Allah azza wa jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا  وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا
"Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi" (QS Al Ahzab 45-46)"


Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan yang artinya:
ثُمَّ قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرحمن بن محمد بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ العَرْزَمي، عَنْ شَيْبَان النَّحْوِيِّ، أَخْبَرَنِي قَتَادَةُ، عَنْ عِكْرِمة، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: {يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا} -وَقَدْ كَانَ أَمَرَ عَلِيًّا وَمُعَاذًا أَنْ يَسِيرَا إِلَى الْيَمَنِ -فَقَالَ: "انْطَلِقَا فَبَشِّرَا وَلَا تُنَفِّرَا، وَيَسِّرَا وَلَا تُعَسِّرَا، إِنَّهُ قَدْ أُنْزِلَ عَلِيَّ: {يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا}
Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Muhammad ibnu Ubaidillah Al-Arzami, dari Syaiban An-Nahwi, telah menceritakan kepadaku Qatadah, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu yang mengatakan, bahwa setelah diturunkan firman-Nya: "Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. (Al-Ahzab: 45)" Sebelumnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah memerintahkan kepada sahabat Ali dan sahabat Mu'az radhiyallahu 'anhum untuk berangkat ke negeri Yaman. Maka setelah ayat ini diturunkan, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam berpesan kepada keduanya: "Berangkatlah kamu berdua, dan bersikap optimislah kamu dan janganlah kamu bersikap antipati; dan bersikap mudahlah kalian dan janganlah kalian bersikap mempersulit. Karena sesungguhnya telah diturunkan kepadaku firman Allah subhanahu wa ta'ala: "Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan" (Al-Ahzab: 45)
Imam Tabrani meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Nasr ibnu Humaid Al-Bazzar Al-Bagdadi, dari Abdur Rahman ibnu Saleh Al-Azdi, dari Abdur Rahman ibnu Muhammad ibnu Ubaidillah Al-Arzami dengan sanad yang semisal.

Dan di akhirnya disebutkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"فَإِنَّهُ قَدْ أُنْزِلَ عَلِيَّ: يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا عَلَى أُمَّتِكَ وَمُبَشِّرًا بِالْجَنَّةِ، وَنَذِيرًا مِنَ النَّارِ، وَدَاعِيًا إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ بِإِذْنِهِ، وَسِرَاجًا مُنِيرًا بِالْقُرْآنِ".
Karena sesungguhnya telah diturunkan kepadaku, "Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi atas umatmu dan pembawa kabar gembira surga dan pemberi peringatan dari neraka serta menyeru (manusia) untuk bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, "dengan seizin-Nya, dan sebagai pembawa pelita yang menerangi melalui Al-Qur'an.

Beberapa ulama rahimahumullah menyatakan bahwa "siroj" (cahaya) bagi mukmin di dunia, dan "muniro" (yang menerangi) bagi muslimin yang berdosa di hari kiamat dengan syafa'atnya. Dikatakan juga bahwa cahaya itu ada lima, yaitu satu cahaya di dunia yang berupa api, satu cahaya di agama yaitu Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, satu cahaya di langit yaitu matahari, satu cahaya di surga yaitu surga itu sendiri, dan satu cahaya di hati yaitu ma'rifat (mengenal Allah).

Dengan mendatangi majelis dzikir sesuai contoh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam akan membuat hati lembut penuh dengan hikmah dan kearifan. Turun ketenangan. Allah Azza wa Jalla berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ ١٣:٢٨
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati-hati mereka menjadi tenteram dengan berdzikir (mengingat) kepada Allah. Ingatlah, hanya dengan berdzikir (mengingat) kepada Allah-lah, hati akan menjadi tenteram”. [ar Ra’d / 13 : 28].

Ketika mengikuti majelis dzikir dan nasehat sesuai contoh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kita akan dinaungi dan didoakan malaikat. Bukankah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
"Tidaklah sekelompok orang duduk berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kecuali para malaikat mengelilingi mereka, rahmat (Allah) meliputi mereka, ketentraman turun kepada mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di hadapan (para malaikat) yang ada di sisiNya." (HR Muslim, no. 2700.)

Majlis dzikir adalah taman surga di dunia ini.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Jika kamu melewati taman-taman surga, maka singgahlah dengan senang.” Para sahabat bertanya,”Apakah taman-taman surga itu?” Beliau menjawab,”Halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) dzikir.” (HR Tirmidzi, no. 3510 dan lainnya. Lihat Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no. 2562.)

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,”Barangsiapa ingin menempati taman-taman surga di dunia, hendaklah dia menempati majlis-majlis dzikir; karena ia adalah taman-taman surga.” (Al Wabilush Shayyib, hlm. 145.)

Hikmah
  1. Dengan mengikuti majelis dzikir akan membuat hati lembut. Zuhud terhadap dunia dan ingat akhirat. Dari hadits di atas terlihat bagaimana perhatiannya para shahabat dalam urusan akhirat mereka, tetapi mereka juga melakukan hal biasa dalam urusan duniawi sehingga membuat mereka risau atasnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu memberikankabar gembira akan dikunjunginya rumah mereka oleh malaikat.
  2. Dalam hadits di atas juga dikabarkan bahwa Allah subhanahu wa ta'ala mencintai makhluk-Nya yang apabila berbuat dosa, bertaubat kembali pada-Nya dan Allah mengampuni mereka.
  3. Dalam hadits ini Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga memberitakan bahwa makhluk baru yang akan diciptakan Allah dari air. Adapun pembahasan lebih dalam masalah ini tidak dicontohkan oleh para shahabat radhiyallahu 'anhum. Kita cukup menerima apa yang diberitakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. 
  4. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga memberitakan sifat bangunan surga yang penuh dengan keutamaan dan keindahan. Diberitakan pula beberapa kenikmatan surga yang bersifat kekal abadi. Ini merupakan berita gembira yang akan membuat jama'ah majelis dzikir beliau semakin bersemangat dalam mengejar kehidupan akhirat.
  5. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memberitakan tiga macam doa yang tidak tertolak, yaitu dari pemimpin yang adil, orang puasa saat berbuka dan orang yang terdhalimi.
  6. Disunnahkan dalam majelis dzikr diberikan waktu bagi hadhirin untuk menanyakan hal-hal yang bermanfaat untuk agama mereka dan sebaiknya dihindari pertanyaan dan pembahasan yang tidak bermanfaat untuk kehidupan dunia apalagi kehidupan akhirat.

Sekian tulisan sederhana saya yang jauh dari kesempurnaan. Semoga Allah mengampuni dosa dan kesalahan saya. Wallahu a'lam bish shawab

Kedungmaling 12 Juli 2016

Wirawan


Maraji':
1. Sunan Tirmidzi, Tirmidzi, aplikasi Ensiklopedi Hadits, versi Al Alamiyah no 2449, versi Maktabatu al Ma'arif no Riyadh no 2526.
2. Lathoif Al Ma’arif fii Maa Limawasimil ‘Aam minal Wazhoif, Ibnu Rajab Al Hambali, tahqiq Yasin Muhammad Sawaas, terbitan Daar Ibnu Katsir, Damaskus, Beirut,  tahun 1411 H.
3. http://www.ibnukatsironline.com/2015/09/tafsir-surat-al-ahzab-ayat-45-48.html
4. https://almanhaj.or.id/2886-tenteram-indikasi-kebenaran.html
5. https://almanhaj.or.id/3001-keutamaan-dan-bentuk-majlis-dzikir.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar