إِنَّ
الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ
مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ
فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ.
يَا
أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ
إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. (آل عمران: 102)
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ
وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً
وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ
عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. (النساء: 1)
يَا
أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ
اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. (الأحزاب: 70-71)
أَمَّا
بَعْدُ:
Jama'ah Jumat yang
dirahmati Allah.
Telah berlalu bulan
Ramadhan yang merupakan bulan penuh berkah. Bulan diturunkannya al Qur'an.
Bulan yang memiliki malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Bulan yang kita
lihat dan saksikan banyak kaum muslimin menggunakannya untuk meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Bulan yang di dalamnya
Allah lipat gandakan pahala, Allah belenggu setan. Sehingga apabila manusia
melakukan ketaatan tidak diganggu setan dan apabila melakukan dosa dan
kejahatan tidak lain adalah atas kemauannya sendiri, karena setan telah
dibelenggu secara dhahir dan maknawinya.
Satu ayat yang sering
kita dengar di bulan Ramadhan yang lalu:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ
الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kalian untuk berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa" (Al Baqarah: 183)
Dua kata kunci yang ingin
saya tekankan di sini adalah IMAN dan TAKWA. Jika kita mengikuti ayat Allah subhanahu
wa ta'ala ini, tujuan utama kita berpuasa adalah sebagai orang yang beriman
yang bertakwa. Lihatlah bagaimana agungnya derajat orang yang Allah terima
amalnya di dalam bulan Ramadhan. Terkhusus puasa Ramadhan. Yaitu bertakwa. Allah
subhanahu wa ta'ala telah menetapkan kedudukan orang bertakwa
sebagaimana berikut:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
Sesungguhnya orang yang paling mulia
di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. (QS.
Al Hujurat: 13)
Lalu bagaimana jika suatu
negeri orang-orangnya pada beriman dan bertakwa? Allah subhanahu wa ta'ala
telah menjanjikan sejak 14 abad yang lalu sebagaimana firman Allah berikut ini:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ
لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ
فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk
negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat
Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Qs. Al-A’raf: 96)
Setelah 30 hari berlalu di bulan
Ramadhan, maka tibalah bulan Syawal. Di mana di bulan ini diawali dengan ibadah
tanda kemenangan. Ibadah yang menunjukkan kebahagiaan. Yaitu dimulai dengan
membagikan zakat fitrah selain sebagai kewajiban bagi kita, juga sebagai
pertanda rasa syukur kita tela diberi kesempatan Allah untuk bisa bertemu dan
beribadah di bulan Ramadhan, serta masih bisa bertemu dengan bulan Syawal. Di
pagi harinya kita berduyun-duyun ke lapangan dan sebagian ada yang ke masjid
untuk menjalankan shalat idul Fitri.
Kini, setelah kita menjalani itu. Ada
pertanyaan yang wajib kita tanyakan kepada diri kita sendiri. Apakah ada
perubahan yang baik dalam diri kita? Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ
دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ
“Dan
rugilah orang yang bertemu dengan bulan Ramadhan namun belum mendapatkan
ampunan ketika berpisah dengannya.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi, beliau
mengatakan hadits hasan gharib)
Ibnu Rajab al Hanbaly rahimahullah mengatakan:
"Tidaklah hari raya itu untuk
orang yang memakai (pakaian) baru. Sesungguhnya hari raya itu milik orang yang
ketaatannya bertambah."
Beliau rahimahullah juga
mengatakan:
"Barangsiapa mengerjakan suatu
ketaatan dan selesai darinya, maka tanda diterima ketaatan itu adalah seseorang
itu menggandeng dengan ketaatan lainnya. Dan tanda tidak diterimanya ketaatan
tersebut adalah seseorang menggandeng ketaatan itu dengan maksiat." (Lathaiful
Ma'arif: 289)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Sebagai seorang muslim apakah ilmu
kita bertambah setelah Ramadhan ini? Yaitu ilmu tentang bagaimana beribadah
kepada Allah. Ilmu tentang agama Islam ini. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ
الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
“Agama yang diterima di sisi Allah
hanyalah Islam” (QS. Ali Imran: 19).
Agama yang telah diresmikan oleh Allah
sebagai satu-satunya agama yang Dia terima. Oleh karena itu kita wajib
mensyukuri telah memeluk agama yang sempurna ini untuk memahami ilmu-ilmu yang
terkandung di dalamnya, Allah subahanahu wa ta'ala juga berfirman:
فَاعْلَمْ
أَنَّهُ لاَ إِلهَ إِلاَّ الله
“Maka ketahuilah (ilmuilah) bahwa
sesungguhnya tidak ada Tuhan ( yang haq) melainkan Allah.” (QS. Muhammad : 19)
Al Imam Al Biqo’i berkata:
“Sesungguhnya ilmu tentang (لاَ إِلهَ إِلاَّ الله) ini merupakan ilmu yang paling agung yang
dapat menyelamatkan dari kengerian di hari kiamat (Fathul Majid hal. 54) .
Dan beliau shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
((مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ))
“Barangsiapa yang Allah menghendaki
kebaikan baginya,maka Allah akan fahamkan dia dalam agamanya.”
Sebagai anak, sudahkah kita memuliakan
dan membahagiakan orang tua kita. Karena Jibril 'alaihis salam telah berdoa:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
beliau menceritakan,
أن
رسول الله صلى الله عليه و سلم رقي المنبر فقال : آمين آمين آمين فقيل له يارسول الله ما كنت تصنع هذا ؟ ! فقال : قال لي
جبريل : أرغم الله أنف عبد أو بعد دخل رمضان فلم يغفر له فقلت : آمين ثم قال : رغم
أنف عبد أو بعد أدرك و الديه أو أحدهما لم يدخله الجنة فقلت : آمين ثم قال : رغم
أنف عبد أو بعد ذكرت عنده فلم يصل عليك فقلت : آمين
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa
sallam naik mimbar lalu beliau mengucapkan, ‘Amin … amin … amin.’ Para sahabat
bertanya, ‘Kenapa engkau berkata demikian, wahai Rasulullah?’ Kemudian, beliau
bersabda, ‘Baru saja Jibril berkata kepadaku, ‘Allah melaknat seorang hamba
yang melewati Ramadan tanpa mendapatkan ampunan,’ maka kukatakan, ‘Amin.’
Kemudian, Jibril berkata lagi, ‘Allah melaknat seorang hamba yang mengetahui
kedua orang tuanya masih hidup, namun itu tidak membuatnya masuk Jannah (karena
tidak berbakti kepada mereka berdua),’ maka aku berkata, ‘Amin.’ Kemudian,
Jibril berkata lagi, ‘Allah melaknat seorang hamba yang tidak bersalawat ketika
disebut namamu,’ maka kukatakan, ‘Amin.””
Sebagai orang tua, sudahkah kita
mendidik keluarga untuk menegakkan agama Islam ini dengan baik? Minimal apakah
kita sudah mendidik anak-anak kita membaca al Qur'an dan shalat lima waktu
berjamaah dengan baik? Padahal anak-anak kita itu adalah tanggung jawab kita
mendidiknya.
كُلُّ
مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، حَتَّى يُعْرِبَ عَنْهُ لِسَانُهُ،
فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Setiap anak yang lahir dilahirkan di
atas fitrah hingga ia fasih (berbicara), maka kedua orang tuanya lah yang
menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”
Hadits ini diriwayatkan oleh
al-Baihaqi dan ath-Thabarani dalam al-Mu’jamul Kabir.
Dalam hidup bertetangga atau
bermasyarakat, sudah meningkatkah manfaat yang kita bagikan kepada mereka.
Sudah amankah mereka dari perilaku buruk kita.
عَنْ
أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ : (( مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ
فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ
اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ
اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ)). رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu ,
dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda: “Barang siapa
beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.
Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia menghormati
tetangganya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia
memuliakan tamunya”. [HR al-Bukhâri dan Muslim].
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Beberapa hal di atas adalah
amalan-amalan yang apabila kita sudah melakukan dan meningkat setelah bulan
Ramadhan berlalu, insyaAllah menunjukkan amalan kita diterima Allah subhanahu
wa ta'ala. Kalaupun kita tidak tahu apakah amalan kita diterima Allah subahanahu
wa ta'ala paling tidak amaln-amalan itu adalah wujud rasa syukur kita masih
diberi Allah kesempatan mengerjakan amal-amal mulia tadi
Semoga Allah menjadikan kita sebagai
hamba yang dapat melaksanakan amal-amal kebaikan tersebut.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ
فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ
وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ
إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. تَقَبَّلَ اللهُ عَمَلَنَا وَعَمَلَكُمْ
وَجَعَلَهَا فِي مِيْزَانِ حَسَنَاتِنَا، إِنَّهُ وَلِيُّ ذَلِكَ وَالْقَادِرُ
عَلَيْهِ
Khutbah kedua
الحَمْدُ
لِلهِ مُقَدِّرِ الْمَقْدُوْرِ وَمُصَرِّفِ اْلأَيَّامِ وَالشُّهُوْرِ،
وَأَحْمَدُهُ عَلَى جَزِيْلِ نِعَمِهِ وَهُوَ الْغَفُوْرُ الشَّكُوْرُ، وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ
الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٍ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْبَشِيْرُ النَّذِيْرُ وَالسِّرَاجُ الْمُنِيْرُ، صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
إِلَى الْبَعْثِ وَالنُّشُوْرِ، أَمَّا بَعْدُ:
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,.
Adapun dalam menemui bulan Syawal ada
di antara kita yang mengalami ujian dari Allah subhanahu wa ta'a. Perlu
diketahui, sesungguhnya ujian yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta'ala
bukanlah suatu hal yang bisa dihindari. Karena kita wajib mengimani masalah
taqdir, yaitu segala sesuatu yang kita alami sudah tercatat oleh Allah di Lauh
Mahfudz dan di lembaran-lembaran taqdir yang Allah berika kepada para malaikat
yang diutus, baik itu taqdir yang baik atau yang kita rasakan buruk.
قَالَ:
فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ
وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ
وَشَرِّ
"Kemudian
dia bertanya lagi: “Beritahukanlah kepadaku tentang Iman“. Beliau bersabda:
“Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik
maupun yang buruk.”" (HR Muslim)
Ingatlah, bahwa apa yang kita rasakan
beban berat ujian ini sebenarnya sangatlah sedikit yang Allah berikan.
Sebagaimana yang Allah subhanahu wa ta'ala firmankan:
وَلَنَبْلُوَنَّكُم
بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ
وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ٢:١٥٥
الَّذِينَ
إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ
رَاجِعُونَ ٢:١٥٦
أُولَٰئِكَ
عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ
الْمُهْتَدُونَ ٢:١٥٧
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,”Inna
lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang
sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat
petunjuk”. [al Baqarah/2:155-157]
Lihatlah yang Allah janjikan. Jika
kita bersabar menghadapi ujian Allah maka Allah akan memberikan keberkahan yang
sempurna dan rahmat dari-Nya. Dan kita akan dimasukkan dalam golongan orang
yang mendapat petunjuk.
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman,
bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di
perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. (ali
Imraan: 200)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Seorang muslim sejati tidak pernah
terlepas dari tiga keadaan yang merupakan tanda kebahagiaan baginya, yaitu bila
dia mendapat nikmat maka dia bersyukur, bila mendapat kesusahan maka dia
bersabar, dan bila berbuat dosa maka dia beristighfar (Qowa’idul Arba’, hal.
01),
Sungguh menakjubkan keadaan seorang
mukmin. Bagaimanapun keadaannya, dia tetap masih bisa meraih pahala yang
banyak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَجَبًا
ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ
إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ،
وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ
“Sungguh menakjubkan urusan seorang
mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali
pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka
yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa
kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.”
(Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2999 dari Abu Yahya Shuhaib bin
Sinan radhiyallahu ‘anhu).
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Marilah kita jalani bulan syawal ini
dengan ibadah dan ketaatan, bukan maksiat dan kesia-siaan. Jika merasa ramadhan
kemarin terlalaikan, segeralah beristighfar, mohon ampun dan mohonlah diberi
Allah kesempatan untuk bisa bertemu dengan ramadhan berikutnya. Dn janganlah
berputus asa dalam mencapai rahmat Allah. segeralah qadha hutang puasa jika
memiliki. kerjakan puasa Syawal jika mampu, sebagaimana hadits berikut ini:
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam,
مَنْ
صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan
kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun
penuh.” (HR. Muslim no. 1164).
Semoga Allah menerima ibadah kita
selama bulan ramadhan kemarin. Jika ada cacat semoga Allah sempurnakan ibadah
kita. Jika masih kurang semoga Allah memberikan kita kesempatan memperbaikinya.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ
وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ
وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ. وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ
الدِّيْنِ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ المُوَحِّدِيْنَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ
الْمُسْلِمِيْنَ في كُلِّ مَكَانٍ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ
هَدَيْتَنَا وَهَبْلَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ ... اذْكُرُوا
اللهَ الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.
insya Allah saya sampaikan besok di masjid RS Gatoel Mojokerto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar