Jumat, 08 Juli 2016

Hadits ke-3 Arba'in Nawawi Rukun Islam

Berkata al imam an Nawawi rahimahullah ta'ala:

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله وسلم يَقُوْلُ : بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامُ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءُ الزَّكَاةِ وَحَجُّ الْبَيْتِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ.[رواه الترمذي ومسلم ]
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khottob radiallahuanhuma dia berkata : Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Islam dibangun diatas lima perkara; Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan. (Riwayat Turmuzi dan Muslim)

Abu Abdurrahman adalah kun-yah dari Abdullah bin Umar al Khatab. Menggunakan radhiyallahu 'anhum karena ayahnya juga seorang shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Islam dibangun di atas lima perkara" yang membangun adalah Allah subhanahu wa ta'ala. Segala perkara dalam agama ini ditetapkan oleh Allah subahanahu wa ta'ala yang disampaikan melalui Nabi-Nya yang mulia Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah" adalah satu kesatuan tidak bisa terpisah. Syahadatain merupakan amalan lisan dan hati. Dengan syahadatain ini seseorang menjadi seorang muslim.

""menegakkan shalat" adalah amalan ucapan (lisan) dan perbuatan. Adapun yang di dalam hatinya adalah urusan seseorang dengan Rabbnya. Syariat hanya melihat yang diucapkan dan yang dilakukan. Shalat adalah tiang agama. Adalah wajib bagi tiap muslim untuk menjaga segala hal yang berhubungan dengan shalat. Mulai dari ilmu kaifiyah (tata cara) shalat seperti yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Dari rukun wajibnya sampai sunnah-sunnahnya. Begitu pentingnya shalat, sehingga bagi yang meninggalkannya bisa dihukumi kafir sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang artinya:

Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah mengenai shalat, barangsiapa meninggalkannya maka dia kafir.” (HR. Ahmad, Abu Daud, At Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah dengan sanad yang shahih dari Buraidah Al Aslami)

Adapun Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa meninggalkan shalat dengan sengaja tidaklah kafir –selama meyakini shalat itu wajib-. Pendapat ini diikuti pula oleh ulama-ulama belakangan seperti Syaikh Al Albani rahimahullah sebagaimana dalam risalah beliau Hukmu Tarikish Sholah.
 Sumber: https://rumaysho.com/2280-meninggalkan-shalat-bisa-membuat-kafir.html
 "menunaikan zakat" adalah amalan harta. Ketika harta seseorang memenuhi syarat untuk dizakatkan, wajib baginya untuk membayarkannya. Perintah membayar zakat ini selalu erat digandengkan dengan shalat. Oleh karena itu di jaman Abu Bakr ash Shidq radhiyallahu 'anhu mejadi khalifah beliau memerangi oarang-orang yang menolak membayar zakat walaupun mereka syahadat dan shalat. Dan hal ini disepakati oleh Umar bin Khattab dan shahabat lainnya.

"melaksanakan haji" adalah amalan badan dan harta, jika salah satu dari dua hal itu tidak terpenuhi maka ada udzur bagi seseorang untuk tidak menjalankannya. Akan tetapi kemauan dan keinginan untuk berhaji haruslah selalu dimiliki, karena jika Allah subhanahu wa ta'ala sudah memanggil, maka tidak ada yang bisa menghalangi-Nya.

"puasa Ramadhan" adalah amalan badan yang berbeda dengan amalan lainnya. Jika amalan lainnya sifatnya mengerjakan sesuatu, amalan puasa ini menahan dan meninggalkan. Bukan hanya dari hal haram, bahkan yang halal pun jadi haram ketika seseorang berpuasa.

Semua amalan dan rukun Islam di atas adalah amalan wajib bagi seorang yang mengaku muslim. Wajib bagi setiap muslim mempelajari ilmunya sebelum menjalankannya. Dan wajib mempelajari ilmunya walaupun sudah menjalankannya. Karena untuk mendapatkan cinta Allah subhanahu wa ta'ala adalah wajib bagi kita untuk melakukan hal yang Allah cintai. Saking cintanya Allah terhadap amalan ini, sampai-sampai Allah mewajibkannya bagi setiap muslim. Maka jangan sampai salah, banyak orang mengutamakan amalan sunnah tapi meremehkan malan wajib. Yang benar adalah menjaga amalan wajib dan menambahi dengan amalan sunnah sesuai kemampuannya. Tetapi juga jangan sampai ghuluw dalam beibadah sehingga memberatkan badan di luar kemampuannya. Karena sesungguhnya agama ini mudah, jangan dibuat sulit, tapi juga jangan dimudah-mudahkan.

Anas bin Malik Radhiyallahu anhu meriwayatkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
 لاَ تُشَدِّدُوْا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَيُشَدِّدُ اللهُ عَلَيْكُمْ فَإِنَّ قَوْمًا شَدَّدُوْا عَلَى أَنْفُسِهِمْ فَشَدَّدَ اللهُ عَلَيْهِمْ فَتِلْكَ بَقَايَاُهْم فِي الصَّوَامِعِ وَالدِّيَارِ وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوْهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ
“Janganlah kamu memberat-beratkan dirimu sendiri, sehingga Allah Azza wa Jalla akan memberatkan dirimu. Sesungguhnya suatu kaum telah memberatkan diri mereka, lalu Allah Azza wa Jalla memberatkan mereka. Sisa-sisa mereka masih dapat kamu saksikan dalam biara-biara dan rumah-rumah peribadatan, mereka mengada-adakan rahbaniyyah (ketuhanan/kerahiban) padahal Kami tidak mewajibkannya atas mereka.”Hadits riwayat Abu Dâwud dan dishahîhkan oleh al-Albâni dalam Silsilah Shahîhah (3124).

Dalam hadits lain pula Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
 
إِنَّ الدِّيْنَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّيْنَ إِلاَّ غَلَبَهُ

“Sesungguhnya agama ini mudah. Dan tiada seseorang yang mencoba mempersulit diri dalam agama ini melainkan ia pasti kalah (gagal).” (Hadits riwayat al-Bukhâri)
Disampaikan ba'da shubuh 3 Juli 2016 di masjid al Basith, Kenanen, Puri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar