Selasa, 12 Juli 2016

HADITS KEEMPAT Nasib Manusia Telah Ditetapkan (Plus kisah duel Khalid vs Gregorius)



عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ   ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ      أَوْ سَعِيْدٌ.    فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ  الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا                             
[رواه البخاري ومسلم]

Terjemah Hadits / ترجمة الحديث :

Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radiallahuanhu beliau berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan : Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada Ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. Dan sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga  maka masuklah dia ke dalam surga.
(Riwayat Bukhori dan Muslim)


    Hadits ini dimulai oleh Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu dengan mengatakan "beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan" salah satu kemungkinannya adalah berita yang akan disampaikan belum bisa terbukti di jaman itu. Hal yang akan disampaikan baru terbukti 14 abad kemudian di jaman teknologi sudah canggih dan fakta ilmu kedokteran jauh lebih canggih. Ilmu yang beliau sampaikan adalah proses penciptaan manusia.

    Diawali dengan berita dikumpulkannya mani (nutfah) dalam perut/kandungan ibu selama 40 hari. Lalu menjadi 'alaqah (segumpal darah) selama 40 hari juga. Penggunaan kata 'alaqah cukup menarik, karena kata ini sama dengan kata lintah dalam bahasa Arab. Dan secara ilmu kedokteran bentuk dan ukuran 'alaqah (segumpal darah) sama persis dengan lintah. Lalu menjadi mudhghoh (daging) selama 40 hari juga. Jadi total usia bakal janin manusia 120 hari sebelum ditiupkannya ruh.

    Setelah sempurna 120 hari Allah mengirimkan seorang malaikat untuk meniupkan ruh. Bagaimana cara meniup dan bagaimana ruh itu tidak perlu diperdalam pembahasannya, karena ruh adalah urusan Allah azza wa jalla yang kita hanya diberi sedikit ilmu tentangnya. Sebagaimana firman Allah berikut ini:
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakan: Roh itu dari perkara urusan Tuhanku dan kamu tidak diberikan ilmu pengetahuan melainkan sedikit sahaja.” [al-Israa’ : 85]

    Dalam penciptaan manusia Allah mengirim seorang malaikat untuk meniupkan ruh. Ketika manusia meninggal Allah mengirim dua malaikat, yang satu menarik ruh dan yang satu menadahi ruh itu. Dan malaikat maut punya banyak rekan yang ditugaskan membantu dlam mencabut nyawa. Sebagaimana penjelasan berikut:

"Dalam al-Quran, Allah menjelaskan bahwa malaikat maut memiliki banyak rekan di kalangan malaikat ketika mematikan para hamba Allah.
وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لا يُفَرِّطُونَ
Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat- Malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya. (QS. Al-An’am: 61)

Ibnu Katsir menjelaskan, bahwa makna ’ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami adalah bahwa ada banyak malaikat yang ditugaskan untuk mewafatkan.
Kemudian al-Hafidz Ibnu Katsir membawakan riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma,
قال ابن عباس وغير واحد: لملك الموت أعوان من الملائكة، يخرجون الروح من الجسد، فيقبضها ملك الموت إذا انتهت إلى الحلقوم
Ibnu Abbas dan ulama lainnya mengatakan, ”Malaikat maut memiliki beberapa teman di kalangan malaikat. Mereka mengeluarkan ruh dari jasad. Hingga ketika ruh sudah mencapai tenggorokan, malakul maut yang mencabutnya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/267).

Dalil lain yang menunjukkan bahwa malakul maut (malaikat pencabut nyawa) ditemani banyak malaikat ketika mematikan manusia, adalah hadis dari al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا كَانَ فِي انْقِطَاعٍ مِنْ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنْ الْآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مَلَائِكَةٌ مِنْ السَّمَاءِ بِيضُ الْوُجُوهِ كَأَنَّ وُجُوهَهُمْ الشَّمْسُ مَعَهُمْ كَفَنٌ مِنْ أَكْفَانِ الْجَنَّةِ وَحَنُوطٌ مِنْ حَنُوطِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسُوا مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ الْمَوْتِ عَلَيْهِ السَّلَام حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ
"Sesungguhnya hamba yang beriman ketika hendak meninggalkan dunia dan menuju akhirat, turunlah malaikat dari langit, wajahnya putih, wajahnya seperti matahari. Mereka membawa kafan dari surga dan hanuth (minyak wangi) dari surga. Merekapun duduk di sekitar mayit sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut ‘alaihis salam. Dia duduk di samping kepalanya." (HR. Ahmad 18543, Abu Daud 4753, dishahihkan Syuaib al-Arnauth dan al-Albani)
Sumber: https://konsultasisyariah.com/22748-bagaimana-malaikat-maut-mencabut-ratusan-nyawa-dalam-satu-waktu.html"

    Kembali ke pembahasan setelah malaikat meniupkan ruh, dia diperintahkan Allah "menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya". Dengan mengetahui ini cukuplah manusia zuhud terhadap dunia yang fana ini. Karena perkara kehidupannya di dunia sudah ditentukan. Akan tetapi manusia memiliki kehendak untuk menentukan pilihan. Seperti memilih kehidupan dunia atau akhirat. Sebagaimana firman Allah azza wa jalla:
مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الآخِرَةَ
"Di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada pula orang yang menghendaki akhirat" (QS Ali Imran: 152)

    Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melanjutkan bersabda, "Demi Allah yang tidak ada Ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka." Dengan beliau bersumpah menunjukkan hal yang akan beliau sampaikan adalah hal yang amat penting. Di saat manusia mulai yang kafir sampai yang mukmin mengakui bahwa Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah AL AMIN, yaitu orang yang jujur tidak pernah bohong sekalipun, masih bersumpah untuk menyampaikan hal yang akan beliau terangkan. Amalan baik bukanlah hal yang patut dibanggakan. Dan bukanlah hal yang patut dijadikan sandaran apalagi keyakinan bahwa amalannya diterima Allah subhanahu wa ta'ala sehingga membuat seseorang khusnul khatimah. TIDAK semudah itu. Karena selamat dan celakanya seseorang dilihat akhir amalnya. Di saat surga hanya berjarak sehasta (sekitar 45cm), tapi dia didahului ketetapan Allah azza wa jalla membuatnya masuk neraka.

    Tercatat dalam sejarah Islam beberapa kisah mereka yang su'ul khatimah padahal kemuliaan Islam sudah sempat mereka rengkuh. Ubaidullah bin Jahsy, suami dari Ummu Habibah (nantinya jadi isteri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam), seorang Nasrani mendapat seberkas cahaya hidayah akhirnya masuk Islam. Cobaan berat awal mereka masuk Islam membuat mereka berhijrah ke Habasyah. Ketika di Habasyah cobaan keimanan melanda. Ubaidullah berbincang dengan isterinya bahwa hatinya terpanggil kembali memeluk agama Nasrani. Isterinya mengingatkan dengan penuh kelembutan bahwa jangan sampai membuang hidayah Islam yang sudah dia dapatkan. Ubaidullah tidak bia bertahan. Kembalilah ia memeluk agama Nasrani. Para shahabat yang lainnya sangat menyayangkan langkahnya.Setelah memeluk Nasrani kembali, hari-harinya dipenuhi dengan minum khamr sampai ajal menjemputnya dalam keadaan habis menenggak khamr.

    Di jaman pemerintahan Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu cahaya Islam meluas melintasi langit dataran Arab. Tatkala penyerbuan ke benteng Romawi tercatatlah kisah buruk kehidupan seorang pengahafal Qur'an yang juga seorang tabi'in. Dalam peperangan terdapat Abdah bin Abdurrahim, dengan menyabetkan pedangnya ke sana ke mari dalam kancah pertempuran dalam perebutan Romawi dia sudah mengirimkan banyak pasukan kafir untuk terjerembab masuk neraka. Kemalangannya dimulai tatkala dia melihat sosok wanita cantik rupawan di balik benteng kokoh Kaisar Romawi. Kecantikan wanita itu menusuk hatinya dan membuatnya mengirim surat kepadanya dan menyatakan ingin merasakan kelembutan dan kasih sayang wanita pujaannya. Gayung bersambut, Abdah menerima balasan suratnya, tapi jawabannya "Kamu masuk ke dalam agama Nashrani lalu kamu naik menemuiku”.

    Syahwat dan birahi Abdah telah menutup akal sehatnya. Tidak lama untuknya memutuskan membuang hidayah Islam dan menyatakan memeluk agama Nasrani. Seorang prajurit penghafal Qur'an membuang imannya begitu saja hanya untuk menikmati kecantikan seorang wanita. Menikahlah dia di dalam benteng. Kaum muslimin yang menyaksikan ini sangat terguncang. Bagaimana mungkin? Bagaimana bisa seorang hafidz yang hatinya dipenuhi Al-Qur’an meninggalkan Allah.

    Ketika dibujuk untuk taubat ia tak bisa. Ketika ditanyakan kepadanya, “Dimana Al Quran mu yang dulu???”

    Ia menjawab, “Aku telah lupa semua isi Al Quran kecuali dua ayat saja yaitu :
رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ
“Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim.”
ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ ۖفَسَوْفَ يَعْلَمُونَ
“Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka). (QS. Al Hijr: 2-3).

    Seolah ayat ini adalah hujjah untuk dirinya, kutukan sekaligus peringatan Allah yang terakhir namun tak digubrisnya. Dan ia bahagia hidup berlimpah harta dan keturunan bersama kaum Nasrani. Dalam keadaan seperti itulah hingga ajal menjemputnya. Mati dalam keadaan di luar agama Islam.

    Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian melanjutkan, "Dan sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga  maka masuklah dia ke dalam surga." Dalam menjelaskan hadits ini saya bawakan kisah mulia seorang shahabat yang syahid padahal belum pernah shalat dan seorang panglima perang Romawi yang menerima hidayah iman melintasi baju besinya.

    Kisah Ushairim bani Abdul Asyhal, yaitu Amr bin Tsabit al Waqsy, adalah salah satu kisah mulia perjalanan anak manusia menjemput panggilan Tuhannya. Panggilan hatinya untuk memeluk agama Islam tidak terbendung ketika akan pecah perang Uhud. Dia memacu kudanya dan sembunyi-sembunyi menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dari pihak kafir maupun muslim tidak banyak yang tahu keislamannya. Sampai setelah perang Uhud reda, tatkala para shahabat mengorek tumpukan mayat para syuhada mereka menemukan sesosok Amr yang tubuhnya penuh luka tusukan meregang nyawa.

    Mereka berkata, “Demi Allah! Sesungguhnya lelaki ini adalah Ushairim. Apakah yang menyebabkan ia datang kemari? Kami telah meninggalkannya dan ia tidak mau memeluk Islam.”

    Mereka pun menanyakan kepada Ushairim mengenai dininya, “Apakah yang menyebabkan engkau kemari, hai Amr? Apakah karena kasihan terhadap kaummu atau karena rasa cintamu kepada Islam?”.

    Jawab Ushairim, “Kareña rasa cinta kepada Islam. Aku telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan aku telah memeluk Islam. Lalu aku mengambil pedangku dan berangkat menyertai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Selanjutnya aku berperang hingga terjadi keadaan seperti ini.”

    Tidak lama. kemudian, ia pun meninggal dunia di pangkuan mereka. Kemudian mereka menceritakan apa yang telah terjadi kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan beliau menjawab, “Sesungguhnya Ia adalah dari kalangan ahli Jannah.”  (Demikian tercantum dalam kitab al Bidayah (4/37)) Dan Amr adalah shahabat yang belum pernah shalat tapi masuk surga.

    Berikutnya kisah yang tak kalah serunya. Bagaimana seorang panglima perang Romawi memeluk Islam hanya dengan percakapan singkat dari Khalid bin Walid radhiyallahu 'anhu. Dia adalah Gregorius Theodorus, seorang panglima perang Romawi yang sangat mencintai kaumnya. Sehingga ketika istirahat, Gregorius memacu kudanya ke tengah medan perang Yarmuk. Dipanggilnya panglima "pedang Allah" Khalid bin Walid, seorang panglima perang yang tidak pernah kalah dalam pertempuran baik ketika masih kafir ataupun sesudah beriman. Saat itu pasukan kafir Romawi berjumlah 240.000 personel sedangkan pihak muslim hanya 40.000 pasukan.

    Panggilan duel disambut Khalid dengan memacu kudanya ke arah panglima yang diandalkan pihak lawan. Ribuan pasukan yang sedang istirahat pun melihat pertemuan kedua panglima dari masing-masing pihak. Pihak Romawi merasa unggul dengan turunnya Gregorius, diharapkan duel ini bisa menjatuhkan mental tentara muslim setelah sesi perang sebelumnya dimenangkan pihak muslim. Pihak pasukan muslim tidak kalah bersemangatnya melihat Khalid di atas kudanya dengan debu padang pasir mengiringi laju kudanya. Ketika bertemu di tengah-tengah mereka turun dari kuda mereka dan siap duel.

    Duel berlangsung dengan sengitnya, tombak besi Gregorius berputar dan menusuk ke titik yang mematikan. Khalid tak kalah sigapnya menghindari ujung tombak dengan meliuk, berputar dan menebaskan pedangnya. Pertarungan satu lawan satu itu terjadi, disaksikan oleh kubu kedua belah pihak. Dalam duel maut itu, tombak Gregorius patah terkena sabetan pedang Khalid. Luar biasa, rasa takjub begitu saja muncul di benak Gregorius, betapa tidak! Tombak bergagang baja itu rontok oleh sabetan pedang Khalid, padahal sepanjang pertempuran yang dipimpinnya tombak itu menjadi tumpuan pertahanan dirinya. Kepiawaian Khalid memainkan pedangkah? Tenaganya yang kuatkah? Atau memang benar pedangnya diturunkan dari langit? Rasa penasaran panglima Romawi ini makin menjadi-jadi. Dia seperti baru menemukan lawan tanding yang setimpal.

    Pedang besar Gregorius dikeluarkan untuk menghadapi Khalid. Namun, Gregorius merasa Khalid selalu memberinya kesempatan untuk mengelak. Untuk kedua kalinya Gregorius merasa kagum kan sikap patriot Khalid yang saat itu sebenarnya sudah menang. Khalid bisa saja melibas lawannya saat itu yang sedang lemah. Tapi kegarangan Khalid di medan perang tidak menutupi kelembutan sikap ksatrianya.

    Ketika kedua pedang mereka bertemu dan saling menekan, Gregorius pun bertanya kepada lawan tandingnya dan terjadilah percakapan yang tercatat dengan tinta emas dalam sejarah dunia.

"Ya Khalid, coba katakan dengan sebenar-benarnya dan jangan bohongi saya. Apakah benar Allah telah turun kepada Nabi anda dengan membawa pedang dari langit, lalu menyerahkannya kepada anda, sehingga anda memperoleh julukan "Pedang Allah"? Saya tahu setiap anda mencabut pedang itu, maka tidak ada lawan yang tidak tunduk!"

"Semua itu tidak benar!" tukas Khalid dengan singkat seraya tetap mempermainkan pedangnya untuk menangkis serangan pedang panglima Gregorius.

"Lantas mengapa anda dijuluki Pedang Allah?" tanya Gregorius lagi.

Dan bagaikan tumbuh saling pengertian, keduanya kemudian menghentikan ayunan pedang. Keduanya tegak berhadapan di tengah laga, masih tetap bersiaga, dan meneruskan dialog. "Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Mulia mengutus seorang Nabi kepada kami. Semula kami menentangnya dan memusuhinya. Sebagian dari kami beriman dan mengikutinya. Saya termasuk pihak yang mendustainya dan memusuhinya, tetapi kemudian Allah menurunkan hidayah ke dalam hatiku. Sayapun beriman dan menjadi pengikutnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam  berkata kepadaku: 'Ya Khalid, engkau adalah sebuah pedang di antara sekian banyak pedang Allah yang terhunus untuk menghadapi kaum musyrikin!' Ia mendoakan saya supaya tetap menang. Sebab itulah aku dijuluki 'Pedang Allah' ..." Khalid menuturkan apa adanya.

"Saya menerima keterangan anda itu dan tidak lagi percaya dengan segala legenda tentang diri anda," ujar Gregorius yang kemudian meneruskan pertanyaannya. "Di dalam tugas dakwah anda, apa sajakah yang anda sampaikan?"

"Mengakui bahwa tiada yang patut disembah selain Allah, dan mengakui bahwa Muhammad itu Rasul Allah, dan berikrar dalam hati bahwa ajarannya itu datang dari Allah."

"Jika seseorang tidak bersedia menerimanya?"

"Membayar jizyah, mengakui kepemimpinan Islam, dan setelah itu kami berkewajiban menjamin hak miliknya, jiwanya dan juga kepercayaan, keyakinan, agama yang dianutnya!"

"Jika ia tetap tidak mau menerimanya?"

"Pilihan akhir adalah perang, dan kami siap untuk itu!" jawab Khalid singkat-singkat, jelas dan tegas.
Sementara di kedua kubu pasukan yang masih bertanya-tanya tentang apa yang tengah terjadi di dalam perang tanding itu, panglima Gregorius meneruskan lagi dialognya, "Bagaimanakah kedudukan seseorang yang menerima Islam pada pilihan pertama pada hari ini?"

"Kedudukan dan derajat bagi kami hanya satu di antara dua, yaitu apa yang ditetapkan oleh Allah. Mulia atau hina. Tak peduli ia menerima Islam lebih dulu atau belakangan!"

"Jadi, orang yang menerima Islam pada hari ini, ya Khalid, apakah sama kedudukannya dengan yang lain dalam segala hal?" "Ya, Anda benar!" "Mengapa bisa sama ya Khalid? Padahal anda sudah lebih dulu Islam dari padanya?"

"Kami memeluk Islam dan mengikat bai'at dengan Rasul Muhammad 'alaihi wa sallam. Ia hidup bersama kami, dan kami menyaksikan kebesaran dan mu'jizat-mu'jizatnya, hingga beliau wafat. Sedangkan orang yang menerima Islam pada hari ini, tidak pernah berjumpa dengan beliau dan tidak pernah menyaksikan semua itu. Jika orang itu menerima Islam dan menerima kerasulan Muhammad dan pembenarannya itu jujur serta ikhlas, maka sesungguhnya ia jauh lebih mulia dari pada kami!"

"Ya Khalid, keterangan anda sangat benar! Anda tidak menipu, tidak berlebih-lebihan dan tidak membujuk. Demi Allah, saya menerima Islam pada pilihan pertama!"

Pembicaraan itu disaksikan ratusan ribu pasukan Muslim dan Romawi. Pasukan Romawi terkejut dan panik, dan serunai perang pun ditiup guna mempersiapkan serangan besar-besaran terhadap pertahanan umat Islam. Sementara Panglima Gregorius bersyahadat dan minta pengajaran Islam di dalam kemah Khalid. Setelah itu Khalid memerintahkan shahabat barunya, Gregorius, untuk mandi sebagai amalan setelah bersyahadat. Untuk pertama kalinya ia melaksanakan sendi ajaran Islam yang kedua, shalat dua rakaat!
Pertempuran terus berkecamuk, berlangsung dua hari, medan laga bersimbah darah. Pasukan Romawi saat itu merasakan pedihnya kekalahan. Mereka kehilangan 50.000 prajuritnya. Prajurit yang selamat lari kocar-kacir ke Damaskus, Antokiah dan ada yang ikut Kaisar Heraclius ke Constatinopel. Pedih juga menghampiri Khalid bin Walid di bukit berbatu. Gregorius yang setelah menyatakan keislamannya ikut membantu pasukan Muslim terbunuh oleh pedang Margiteus yang sebelumnya adalah pasukannya.
Gregorius telah syahid. Panggilan fitrah telah membimbingnya kepada Islam. Kepada iman yang benar. Gregorius tak membutuhkan diskusi yang bertele-tele dan melelahkan untuk menerima Islam. Keberanian, kejujuran, sportifitasnya dan kehebatan strategi perang Khalid telah membawanya kepada pintu gerbang hidayah Islam. Pertemanannya dengan Khalid bin Walid sangat singkat. Namun hal itu terjadi seperti ikan bertemu dengan airnya kembali.

Sungguh, semoga kita semua terjaga iman kita, dan semoga saya sekeluarga dan pembaca semuanya meninggal dengan membawa iman, Islam dan ihsan dalam keadaan khusnul khatimah. Aamiin.

Disampaikan dalam kajian ba'da shubuh di masjid al Basith Kenanten Puri. Ahad, 10 Juli 2016.

3 komentar: